Bappenas Targetkan Kesehatan Mental di Indonesia Meningkat

Redaksi
2 Minimal Baca

JAKARTA – Masalah penanganan kesehatan mental di Indonesia masih terbatas, baik dari sisi fasilitas ataupun para ahli seperti psikiater, dokter spesialis dan juga perawatan kejiwaan. Direktur Kesehatan dan Gizi Masyarakat Kementerian PPN/Bappenas, Pungkas Bahjuri Ali, STP, MS, Ph.D mengatakan pihaknya menargetkan untuk meningkatkan kesehatan mental di Indonesia.

“Di dalam SDGs (tujuan pembangunan berkelanjutan), salah satu targetnya adalah bagian kesehatan, target 2020 kita harus bisa mengurangi angka kematian dari penyakit tidak menular, serta meningkatkan kesehatan metal,” ujar Pungkas dalam bincang-bincang “Sehat Jiwa Untuk Semua”, Minggu (18/10/2020).

Baca juga : Longchamp Spring/Summer 2021: Terinspirasi Energi Wanita Paris

Baca juga : Nikita Willy Menikah Pakai Kebaya Adat Minang, Bahannya Diimpor dari Prancis

Di Indonesia, depresi menduduki peringkat ketujuh sebagai penyebab disabilitas atau ketidakmampuan untuk bekerja. Sedangkan gangguan kecemasan, berada di urutan ke sembilan.

Untuk merealisasikan target tersebut, Bappenas akan melakukan beberapa strategi seperti mendeteksi gangguan kejiwaan, memberikan informasi secara rutin pada masyarakat, menemukan kasus dan mengobati pasien kejiwaan. Kesehatan mental juga menjadi masalah yang cukup serius, khususnya dalam kondisi pandemi virus corona.

Sayangnya, penderita atau keluarga enggan melakukan pemeriksaan karena malu dan tidak adanya fasilitas kesehatan yang menunjang untuk penanganan salah kejiwaan. Pungkas mengatakan pihaknya mengupayakan agar tingkatan Puskesmas dan rumah sakit bisa memiliki bagian untuk penanganan masalah kesehatan jiwa.

“Rumah sakit jiwa itu yang paling ujung, artinya dia menampung hal-hal yang sudah tidak bisa di bawahnya. Jadi prioritasnya di selfcare atau layanan kesehatan primer seperti rumah sakit dan klinik,” kata Pungkas.

“Tapi ini enggak mudah karena kesehatan jiwa ini belum di semua puskesmas, setahu saya hanya ada 34 persen puskesmas yang sudah punya layanan kesehatan jiwa, sisanya belum ada. Masalahnya banyak, salah satunya karena SDM kesehatan juga, untuk psikiater dan dokter spesialis jika ada sangat sedikit,” lanjutnya. (ant/ny)

Bagikan Artikel ini
Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *