Usai Kembalikan Bantuan Irianto Lambrie, Fajar Mentari Sampaikan Pesan Menyentuh

Redaksi
7 Minimal Baca

TINGGAL di lingkungan yang mayoritas kader Muhammadiyah membuat Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Pemuda Muhammadiyah (PW PM) Kaltara, Fajar Mentari tak bisa jauh dari salah satu organisasi terbesar di Indonesia ini. Saking dekatnya, ketika ada oknum yang sengaja ‘mengganggu’ Muhammadiyah, Fajar dengan sigap tampil paling depan.

Seperti yang terjadi beberapa hari lalu. Saat organisasi Muhammadiyah dicatut namanya dalam sebuah bentuk dukungan salah satu pasangan calon gubernur dan wakil gubernur Kaltara, Fajar Mentari yang paling vokal menghadapinya. Kepada facesia.com, pria yang berulang tahun pada 14 November mendatang ini mengaku tindakannya adalah murni kegundahannya atas apa yang dihadapi Muhammadiyah.

“Saya memperjuangkan marwah lembaga sebatas hanya untuk mengatakan hitam jika itu adalah hitam. Sebab jika hitam saya katakan putih, itu pembohong dan bohongnya terlalu mencolok, karena hitam dan putih itu dua warna yang bedanya sangat kontras,” ungkap Fajar Mentari saat ditanya soal arah Pemuda Muhammadiyah yang disebut mendukung salah satu pasangan calon gubernur dan wakil gubernur Kaltara.

Demikianlah Fajar Mentari. Namun, sejauh ini tak banyak yang tahu siapa pria yang akrab disapa FM ini sebenarnya. Dari informasi yang dihimpun facesia.com, FM diketahui menamatkan SD di SD 003 Rajasari, Purwokerto. Selanjutnya menghabiskan masa SMP di SMP 1 Polombangkeng Utara Kabupaten Takalar dan di Madrasah Aliyah atau Perguruan Islam Syech Yusuf, Kabupaten Gowa. Di Kota Tarakan, FM kuliah di Universitas Borneo Tarakan dan menyelesaikannya dengan gelar Sarjana Pendidikan.

“Saya dikader sejak 2005. Pas kuliah. Tapi janganlah diungkap siapa saya, karena poin pentingnya adalah organisasi ini mau dibawa kemana,” kata FM santai seraya mengajak facesia.com membahas penyelesaian polemik di internal PW PM Kaltara daripada membahas dirinya.

FM menyebut, sebagai kader Muhammadiyah dia bangga telah berjuang membela marwah organisasinya. Hal itu juga yang membuat dia tak bisa lepas dari organisasi yang didirikan KH Ahmad Dahlan tersebut. Sehingga, ketika ada klaim pihak tertentu yang mengatasnamakan kader Muhammadiyah mendukung salah satu pasangan calon, dia pun berang dan menilainya sebagai tindakan yang sesat dan menyesatkan.

“Apa yang salah dibenarkan. Tersesat dalam pekatnya konflik kepentingan. Saya tidak mau ikut tersesat dengan melakukan pembiaran atas postingan itu,” ungkapnya.

Menurutnya, tersesat adalah hal yang wajar dan merupakan perkara manusiawi, begitu juga di Muhammadiyah. Namun akan berbeda bila Muhammadiyah diseret dalam arus politik praktis. Orang yang membiarkan cara-cara itu disebut oleh FM, orang yang tersesat.

“Jadi tidak sepenuhnya (tersesat) salah jika kita mau belajar untuk berubah dan memperbaiki diri. Yang salah itu adalah sudah tersesat tapi tidak mau berubah, tidak mau belajar, tidak mau memperbaiki diri. Saya tidak pernah panik ketika tersesat, karena yang saya lakukan hanya cukup mengubah kemana saya akan melangkah pergi,” jelasnya.

Lebih jauh dijelaskan FM, seharusnya pihak-pihak yang menyepelekan kasus ini sama-sama dengannya berpikir sehat agar tidak tersesat. Baginya, mereka yang belajar tapi tidak berpikir akan tersesat, dan mereka yang berpikir tapi tidak belajar akan berada dalam bahaya besar.

“Dalam tersesat, kita diasah untuk mempertimbangkan apa yang sudah kita putuskan, dan menambah apa yang selama ini tidak pernah kita pikirkan. Semakin menor polemik ini terlihat, logika publiknya sungguh jauh tersesat,” paparnya.

Lantas, pelajaran hidup apa yang selama ini FM pelajari hingga lantang bersuara membela Muhammadiyah? Menurutnya, hidup bukanlah koridor yang lurus dan mudah untuk kita lalui dengan bebas dan tak berpenghalang, melainkan labirin lorong. “Yang melaluinya adalah kita, maka kita sendirilah yang harus mencari jalan kita. Tersesat dan bingung kadang-kadang diperiksa di jalan buntu,” katanya.

Tetapi, lanjut Fajar, jika hidup dilalui dengan iman, maka akan ada pintu yang akan terbuka untuk yang menjalaninya. “Mungkin pintu itu bukan dari apa yang kita sendiri pernah pikirkan, tapi pintu yang pada akhirnya akan terbukti baik bagi kita. Kita semua adalah manusia yang dapat melihat satu bulan saja di atas langit, tetapi banyak jalan yang kita tempuh untuk sampai ke puncak yang terdekat darinya,” jelasnya.

Namun di sisi lain, kata dia, saat tersesat manusia kadang memutuskan untuk mencoba jalan orang lain, tapi tujuan akhirnya adalah bagaimana menemukan penyempurnaan hidup. “Semoga saja asa yang tersesat menemukan jalan pulang dan darah tak harus pada telapak tangan yang beku,” katanya.

Ibarat memasuki labirin tanpa membawa peta, imbuh FM, orang yang tak punya nilai akan tersesat dan bergeming di tempatnya. Orang inilah, lanjut FM, yang akan kehilangan arah ke tempat tujuannya. Tidak hanya itu, mereka yang gagal karena bertujuan tersesat atau karena ia tidak bertujuan sama sekali, menurut FM adalah orang yang ingin ditemukan dimana-mana. Dia pun mengajak orang yang tersesat di Muhammadiyah tersebut untuk kembali ke khittahnya.

“Kalau kalian lupa jalan pulang, maka izinkan saya menjadi apa saja yang akan menemanimu tersesat, agar saya dapat membantumu menunjukkan bahwa beberapa jalan yang indah tidak dapat ditemukan tanpa tersesat terlebih dahulu. Jangan mengira tersesat itu selalunya berarti salah, padahal tersesat itu adalah jalan untuk menemukan kebenaran yang lebih sejati,” jelasnya.

Karena itulah, imbuh FM, kader Muhammadiyah harus bisa bersatu agar tak sendiri dan tak ada yang tersesat di tempat yang salah. Dia juga mengajak seluruh kader Muhammadiyah untuk selalu menjaga marwah lembaga agar tak ‘diganggu’ oleh orang-orang yang merusak Muhammadiyah.

“Itulah gunanya kita disatukan dalam satu wadah di Muhammadiyah, agar bisa saling melengkapi. Ketika yang satu tersesat, yang lain harus berani membantu mereka untuk menemukan jalan keluar. Anggap saja semua yang kita lewati bersama adalah perjalanan menuju pulang, dan kita tersesat selama ini. Kemudian aku melepasmu dan sekarang kita sudah tidak tersesat lagi. Kita bisa menemukan rumah kita lagi,” tuntasnya. (*)

Bagikan Artikel ini
Tinggalkan komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *