Pembelajaran Tatap Muka Dinilai Belum Tepat, Dinas Terkait Disarankan Begini…

Redaksi
3 Minimal Baca

TARAKAN – Rencana pembelajaran tatap muka di tengah pandemi Covid-19 di Kota Tarakan awal tahun ini terus menuai penolakan. Upaya pemerintah segera memberlakukan proses tersebut dinilai kurang tepat sehingga harus ditunda.

Akademisi Universitas Borneo, Dr Suyadi SS MEd mengungkapkan, wacana tersebut tidak tepat digelar di tengah kondisi penularan Covid-19 yang meningkat. Sebaiknya, kata Suryadi, Pemerintah Kota (Pemkot) Tarakan mempertimbangkan segala hal jika memang wacana tersebut dilaksanakan.

“Sejauh ini kluster lokal semakin masif. Sehingga perlu pertimbangan yang matang, karena saat ini penularan Sovid-19 sangat masif, sehingga jangan sampai sekolah tatap muka membuat kondisi semakin parah,” imbuhnya.

Dalam proses pembelajaran tatap muka, Pemkot Tarakan harus memberi ruang prioritas pada keselamatan siswa dan guru. Hal ini harus dilakukan agar pelaksanaan pendidikan dapat berjalan secara optimal. Begitu juga dengan orang tua, kata Suryadi, harus bersabar dan ikut membantu pemerintah agar anaknya betah belajar di rumah.

“Karena kalau tatap muka dipaksakan di tengah penularan semakin besar, maka hal itu juga akan menimbulkan kerugian. Dan pelaksanaan belajar-mengajar juga tidak bisa berjalan seperti yang diharapkan,” tukasnya.

Senada disampaikan praktisi kebijakan pendidikan United Nation (UN), Muhammad Nour. Menurutnya, wacana pembelajaran tatap muka belum tepat dilaksanakan. Mengingat, tren angka penularan yang terjadi setiap hari semakin tinggi dan saat ini vaksin masih dalam proses produksi massal. Sehingga, kata dia, pembelajaran tatap muka bisa dilakukan setelah pemberian vaksin.

“Apa salahnya kita menunggu sedikit lagi sampai vaksin betul-betul sudah disuntikan kepada seluruh masyarakat. Karena kalau tidak, bisa saja belajar tatap membuat penularan semakin besar,” imbuhnya.

Soal keluhan orang tua dan sebagian guru, sarannya, dinas terkait sebaiknya segera melakukan inovasi sistem pembelajaran agar bisa diterapkan orang tua dan siswa. Salah satu contohnya, kata Muhammad Nour, sekolah melakukan pemetaan pengalaman belajar siswa dan orang tua selama belajar di rumah.

“Mana siswa atau orangtua yang dapat beradaptasi dengan cepat, mana siswa atau orang tua yang sampai saat ini masih berusaha beradaptasi,” katanya.

Selanjutnya, kata Muhammad Nour, pihak sekolah membuat metodologi pembelajarannya, seperti durasi belajar dan jenis penugasannya. Setelah itu, sekolah bisa menyesuaikan penerapannya kepada siswa.

“Memang tidak mudah, tapi dengan kondisi saat ini tentu sekolah memiliki kewajiban dalam memberikan transfer materi secara maksimal untuk menyesuaikan keadaan. Karena, kondisi tidak terduga, sehingga mungkin sebagian siswa tidak siap dalam menghadapi belajar yang diterapkan saat ini,” pungkasnya. (*/da)

Bagikan Artikel ini
Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *