TARAKAN – Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), Indeks Harga Konsumen (IHK) Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara) pada Oktober 2022 mengalami deflasi sebesar 0,06% (mtm) setelah pada bulan sebelumnya mengalami inflasi sebesar 1,04%(mtm).
Dua kota penyumbang IHK Kaltara yaitu Tarakan tercatat mengalami deflasi sebesar 0,16% (mtm), dan Tanjung Selor mengalami inflasi sebesar 0,32% (mtm).
Penurunan tekanan inflasi periode Oktober 2022, terutama bersumber dari deflasi pada Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau dan penurunan tekanan inflasi Kelompok Transportasi, seiring peningkatan pasokan di beberapa komoditas pangan strategis serta normalisasi dampak penyesuaian harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi yang dilakukan pada September lalu.
“Penurunan tekanan Inflasi di Kaltara Ini, juga sejalan dengan berjalannya berbagai program Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) di Provinsi dan Kabupaten/Kota di Kaltara, khususnya pelaksanaan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) yang memfokuskan pada langkah-langkah dari sisi suplai untuk memenuhi pasokan pangan strategis di wilayah Kaltara,” kata Kepala KPwBI Kaltara Tedy Arief Budiman melalui keterangan press rilisnya, Rabu (2/11/22).
Dengan demikian, inflasi IHK Kaltara secara tahunan sebesar 6,06% (yoy) lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya sebesar 6,64%(yoy). Bank Indonesia memandang inflasi akan lebih rendah dibanding dengan prakiraan awal, meski masih di atas sasaran 3,0±1%.
“Bank Indonesia, senantiasa bersinergi dengan pemerintah daerah dan mitra strategis lainnya untuk menjaga kestabilan harga sehingga mendukung daya beli masyarakat dan turut mendorong pemulihan ekonomi,” jelas Tedy.
Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau mengalami deflasi sebesar -0,67%(mtm) lebih rendah dari periode sebelumnya yang sebesar -0,20%(mtm). Deflasi pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau disebabkan oleh deflasi pada beberapa komoditas, terutama pada Telur Ayam Ras (-0,06%), Daging Ayam Ras (-0,06%), Bawang Merah (-0,05%), dan Ikan Bandeng/Bolu (-0,02%).
“Deflasi tersebut diakibatkan karena kebutuhan live bird di tingkat peternak yang telah terpenuhi seiring dengan normalisasi permintaan masyarakat. Kondisi kebutuhan Day Old Chicken (DOC) yang telah terpenuhi ini telah diperkirakan sebelumnya seiring dengan diberhentikannya kewajiban untuk melakukan culling dan Cutting Hatched Egg (HE) sehingga mengakibatkan populasi ayam ras meningkat,” tambah Tedy.
Selain itu, penurunan inflasi pada kelompok ini juga didukung oleh peningkatan stok hortikultura khususnya bawang merah seiring panen raya hortikultura diberbagai daerah produsen.
Penurunan tekanan Inflasi pada Kelompok Transportasi dari yang sebelumnya 8,10% (mtm) menjadi 0,66% (mtm), dipengaruhi oleh normalisasi first round effect penyesuaian harga BBM bersubsidi pada awal September yang lalu.
“Penurunan dimaksud terjadi terutama pada komoditas bensin yang juga mengalami penurunan tekanan inflasi dari 0,94% (mtm) pada bulan lalu, menjadi 0,06% (mtm),” beber Tedy.
Di sisi lain, Kelompok Perlengkapan, Peralatan dan Pemeliharaan Rutin Rumah Tangga (andil 0,04%) mengalami peningkatan tekanan inflasi sebesar 0,79%. Peningkatan tekanan inflasi pada kelompok ini terutama disebabkan oleh komponen Sabun Detergent yang mengalami inflasi sebesar 0,04% pada bulan Oktober 2022.
“Dengan perkembangan tersebut, maka inflasi Provinsi Kaltara secara kumulatif (Jan-Okt 2022) tercatat mengalami inflasi sebesar 4,11% (ytd), lebih rendah dibandingkan nasional yang sebesar 4,73% (ytd),” pungkas Tedy.
Menindaklanjuti GNPIP Provinsi Kaltara yang telah dilakukan kick off pada 25 September 2022, KPwBI Provinsi Kaltara bekerjasama dengan pemerintah daerah dan mitra strategis lainnya yang tergabung dalam Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) baik provinsi dan kabupaten/kota di Provinsi Kaltara terus mendorong berbagai kegiatan dalam rangka menjaga kestabilan harga, antara lain melalui Gelar Pangan Murah pada komoditas pangan strategis, Kerja sama Antar Daerah (KAD) baik antar daerah maupun intra daerah, pengembangan digitalisasi data dan informasi pangan strategis, dan peningkatan produksi pertanian.
“Dengan terselenggaranya GNPIP Kaltara secara berkelanjutan, diharapkan dapat menjaga kestabilan harga khususnya volatile food dalam target sasaran yang telah ditetapkan,” tutup Tedy.(**)