Merasa Tidak Lagi Didukung

Redaksi
3 Minimal Baca

TARAKAN – Setelah sempat keluar dari partai yang membesarkan namanya dan masuk kembali pasca Pilkada 2020, kini sosok politisi Senior Effendhi Djuprianto berikan sinyal bakal gantung Kartu Tanda Anggota (KTA) sebagai kader Partai Golkar.

Hal itu setelah adanya pengakuan oleh dirinya yang mengakui tengah menjalin komunikasi kepada beberapa partai agamis.
Saat diwawancara, ia membenarkan isu tersebut. Dijelaskannya, di usia yang semakin sepuh dirinya berharap dapat melakukan hal lebih baik dan lebih mendekatkan diri pada hal-hal yang bersifat agamis. Oleh karenanya ia mengakui mulai tertarik kepada partai bercorak religi.

“Selama 30 tahun ini, orientasi saya selalu ke Partai-partai nasionalis.Usia terus bertambah dan ekarang sudah 68 tahun, 2024 saya sudah usia 70 tahun. Di usia saya yang sebentar 70 tahun lalu tentu saya juga harus menyiapkan bekal akherat,”ungkap Effendhi, (14/03/2022).

Ia mengakui, saat dirinya tengah menjalin komunikasi harmonis kepada beberapa partai agamis. Bahkan salah salah satu partai menawarkannya untuk bergabung untuk berjuang dalam kontestasi Pilkada 2024. Meski demikian, ia tak ingin menyebut salah satu partai yang menawarkan keangotaan kepadanya.

“Memang saat ini saya sangat dekat dengan beberapa partai Islam, karena saat ini masih komunikasi ke beberapa Partai. Memang ada yang sudah memberikan sinyal tapi saya pikir tidak etis lah menyebutkan sebelum resmi bergabung,”tukasnya.

Bukannya tanpa sebab, ketidaknyamanannya kepada partai berlambang pohon Beringin itu lantaran tidak terlepas dari sikap Golkar kepadanya. Ia mengungkapkan keputusannya meninggalkan Golkar tidak terlepas dari tidak adanya dukungan partai dalam beberapa pilkada saat ia berniat maju.

“Kalau dinilang kecewa tidak juga. Karena itulah politik sangat dinamis. Lengalaman saya waktu Pilkada 2014, waktu itu, Partai saya Golkar sebenarnya mendorong saya untuk maju (Pilwali Tarakan). Tapi di tengah jalan saya tidak tahu tiba-tiba tidak jadi. Padahal saya sudah membangun komunikasi ke beberapa Partai berkoalisi tapi akhirnya saya tidak didukung,”ulasnya.

Bahkan ia membeberkan dirinya bisa saja maju meski tanpa dukungan pertainya dan kembali cerita tersebut terulang saat dirinya hendak maju menjadi ketua DPD Golkar Kaltara. Meski sempat menklaim tujuh dukungan formatur, namun nyatanya dukungan tersebut beralih ke kandidat lainnya.

“Saya merasa sudah tak lagi dibutuhkan. Saya juga ingin memanfaatkan sisa umur saya, saya ingin berbuat sesuatu untuk masyarakat dan akherat. Seperti contoh Kaltara ini merupakan wilayah 3T, Terdepan, Terluar, Tertinggal. Kalau bisa T terakhir kita ganti menjadi Termaju. Sehingga dibutuhkan sosok yang bisa membawa Kaltara ke arah itu,”pungkasnya.

Bagikan Artikel ini
Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *